Cerita Dari Tahun Baru Cina 2012 di Palembang
(By Adrian Fajriansyah 23/01/2012)
Gambar 1. Langkah Mereka Menujuh Tuhannya
Ini sebuah cerita dari liputan saya mengenai acara tahun baru cina di Palembang tepatnya di Klenteng Tri Dharma Chandra Nadi atau dalam bahasa Mandarin disebut Klenteng Soei Goeat Kiong Palembang. Sedikit bercerita mengenai Klenteng Tri Dharma Chandra Nadi, klenteng ini telah berdiri sejak tahun 1733, jadi bisa dibayangkan betapah hebatnya bangunan ini yang masih tetap berdiri kokoh walaupun usianya telah lebih dari 250 tahun. Klenteng Tri Dharma Chandra Nadi berada di daerah 10 Ulu Kampung Kapitan, adapun tujuan dari pembangunan klenteng ini adalah untuk menggantikan klenteng di daerah 7 Ulu yang telah hancur akibat kebakaran di tahun sebelumnya.
Meskipun tetap berdiri utuh sampai sekarang, keberadaan klenteng Chandra Nadi bukan tanpa gangguan. Zaman Jepang, dua pesawat Jepang pernah mencoba mengebom klenteng itu karena dianggap sebagai basis gerakan bawah tanah masyarakat Tionghoa, namun syukurnya tidak ada bom yang mengenai sasaran.
Pasca tahun 1966, ketika kebencian terhadap masyarakat Tionghoa memuncak, sepertiga lahan klenteng diambil paksa untuk dijadikan Pasar 10 Ulu. Para pengurus klenteng tidak dapat berbuat apa-apa karena ada tekanan politik masa itu.
Ketika kerusuhan rasial pecah pada tahun 1998, massa juga sudah mulai bergerak untuk membakar klenteng tertua di Palembang itu. Lewat kesigapan polisi dan masyarakat setempat berhasil menghadang gerakan massa sehingga mereka tidak sempat membakar apa pun.
Melangkah masuk ke dalam, di altar Dewi Maco Po atau penguasa laut (juga disebut sebagai dewi yang menguasai setan dan iblis) dan altar Dewi Kwan Im atau penolong orang yang menderita sudah tersusun secara berurut. Di altar Dewi Maco Po sering diadakan upacara Cio Ko untuk meminta izin membuka pintu neraka agar dapat memberi makan kepada arwah yang kelaparan.
Setelah altar Dewi Kwan Im, para pengunjung klenteng dapat melihat altar Sakyamoni Buddha (Sidharta Buddha Gautama), altar Bodhisatva Maitreya (calon Buddha), altar Dewi Kwan Tee (pelindung dharma), altar Dewi Paw Sen Ta Tee atau dewi uang dan pemberi rezeki. Selanjutnya altar Dewi Chin Hua Niang Niang atau Dewi Mak Kun Do, altar Giam Lo Ong (raja neraka), dan altar Dewa Toa Pek Kong berbentuk macan.
Satu yang unik dari keberadaan klenteng Tri Dharma Nadi dan Klenteng di Pulau Kemaro yaitu tidak dibolehkannya keberadaan sesaji darah babi dan anjing, hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh muslim. Seperti pada cerita legenda keberadaan Pulau Kemarau dimana putri Palembang Siti Fatimah merupakan seorang muslim yang menjadi istri seorang Pangeran Cina Tan Bon An, sehingga untuk menghormati leluhur mereka yang muslim tidak dibolehkan untuk memakai darah binatang yang diharamkan di agama Islam.
Liputan Tahun Baru Cina 2012 di Palembang
Gambar 2. Saudara-saudara kita sedang beribadah
Gambar 3. Mereka fokus beribadah
Gambar 4. Mereka dan tuhannya
Gambar 5. Tuhan-tuhan mereka
Gambar 6. Mereka menghadap tuhannya
Gambar 7. Khusuk beribadah, beribadah sepenuh hati
Gambar 8. Ayah membimbing anaknya kepada tuhannya
Gambar 9. Dibalik kemeriahan, anak bangsa mengemis di luar sana