ARTI NAMA PENULIS


MAKNA DARI SEBUAH NAMA
(Kisahku dari cerita masa lalu)

(By Adrian Fajriansyah 22/10/2012)

Gambar 1.  Aku (Adrian Fajriansyah) ketika berumur 6 bulan, di Palembang, Sumatera Selatan.

            Selama ini yang aku tau makna namaku hanya dari buku-buku yang membahas arti/makna sebuah nama.  Aku belum pernah menanyakan secara langsung kepada kedua orang tuaku makna sebenarnya dari nama yang aku sandang sekarang.

            Yang aku tau selama ini namaku terdiri dari dua suku kata, yaitu Adrian dan Fajriansyah.  Dari buku yang aku baca, nama Adrian berasal dari bahasa Latin yang berarti penguasa samudera, ada lagi yang mengartikannya sebagai raja roma atau romawi atau juga Romania.  Konon memang di Negara Romania, nama Adrian cukup populer sebab dahulu pernah ada Raja bernama Adrian, Raja Adrian cukup dicintai dan disegani oleh rakyat Romania.  Sedangkan, nama Fajriansyah berasal dari kata fajar, fajar adalah waktu di pagi hari sebelum datang waktu subuh, fajar mungkin sekitar pukul 04.00 dini hari, dan itu adalah waktu kelahiranku.  Dari hasil pencarian sendiri itu, aku mengartikan nama Adrian Fajriansyah sebagai raja yang terlahir di waktu fajar.

Gambar 2.  Aku (Adrian Fajriansyah) ketikan berumur ± 1 tahun, di rumah kami, di Kapling Lahat, Sumsel.

Gambar 3.  Aku bermain sendirian, ketika masih tinggal di Kapling, Kab. Lahat, Sumsel, dari tahun 1989 sampai 1994.

            Setalah beberapa lama, barulah aku tau makna dan arti sebenarnya dari nama Adrian Fajriansyah tersebut.  Jawaban itu aku dapat ketika aku dan keluargaku pergi ke Lampung tanggal 19-21 Oktober 2012, dalam rangka menghadiri acara nikahan saudara sepupuh perempuanku.  Selama perjalanan yang cukup lama sekitar 10 jam dari Palembang-Lampung tersebut, Ibuku banyak bercerita tentang kisah-kisah masa lalu, khususnya ketika aku pertama kali dilahirkan dulu.

Gambar 4.  Aku berusia ± 2 tahun bersama Kakeku atau Nenek Besak panggilannya (Ayah dari Ayahku), ketika menghadiri sebuah acara peresmian masjid di Desa Manggul, Lahat, Sumsel.

            Ibuku berkisah, bahwa dahulu aku lahir 7 hari sebelum jadwal yang ditentukan oleh suster perawat di RS RK Charitas Palembang.  Sehari sebelum kelahiran, tanggal 2 Juni 1989, suster perawat yang memeriksa Ibuku mengatakan bahwa anak dalam kandungan tersebut mungkin akan lahir 7 hari lagi atau sekitar tanggal 9 atau 10 Juni 1989.  Tapi ternyata keesokan harinya, tepatnya dini hari tanggal 3 Juni 1989 perut Ibuku tiba-tiba menjadi sangat sakit, hingga akhirnya keluarlah air ketuban dan darah.  Dengan gerak sigap, cepat dan akurat para suster perawat, maka dilakukanlah persalinan mendadak di waktu fajar tanggal 3 Juni 1989.  Lahirlah aku di RS RK Charitas, Palembang, tepatnya di waktu fajar tanggal 3 Juni 1989.

Gambar 5.  Aku ketika berusia ± 2 tahun, di Pakjo, Palembang, Sumsel.

Gambar 6.  Aku ketika berusia 3 tahun, bersama Ayah dan Ibukku sewaktu berkunjung ke rumah Nenek Manggul (Bibi atau Tante dari Ayahku) di Desa Manggul, Lahat, Sumsel pada tahun 1992.

Gambar 7.  Aku ketika berusia ± 3 tahun, sewaktu berlibur di rumah Yayi (Kakekku atau Ayah Ibuku) di Pakjo, Palembang, Sumsel.

            Kelahiran yang diluar prediksi itu mungkin disebabkan aku yang tidak sabar untuk segera melihat indahnya dunia.  Aku tidak mau kemunculanku ditunda lagi hingga 7 hari kedepan, seperti yang diprediksi oleh suster perawat Ibuku.  Kata Ibuku, pasca dari kelahiran mendadak itu, pertama kali yang dilakukan oleh aku sesaat setelah keluar dari rahim Ibuku adalah mengecup jempol tangan, hingga kemudian dibawa oleh suster ke incubator aku masih saja asik mengecup jempol tangan.

Gambar 8.  Aku ketika berusia ± 4 tahun, sewaktu di rumah tetangga tempat biasa aku bermain, Lahat, Sumsel.

Gambar 9.  Aku ketika berusia ± 5 tahun, sewaktu di rumah Kakek dan Nenekku (orang tua dari Ayahku), Desa Jati Lama, Lahat, Sumsel.

            Ibuku berkisah, dahulu ketika aku dilahirkan tubuhku cukup besar dengan panjang ± 60 cm dan berat ± 3 kg.  Kata Ibuku, waktu dilahirkan tubuhku sangat merah, muka lebar dan mata sipit, mungkin itu disebabkan juga karena Ibuku sering mengkonsumsi telur ayam kampung dalam jumlah banyak waktu aku masih di dalam kandungan, telur ayam kampung itu rutin dikirim Nenekku (Ibu dari Ayahku) dari kampung untuk Ibuku ketika masih mengandung aku.  Para suster perawat di RS RK Charitas mengira aku adalah bayi keturunan Chinese.  Kisah Ibuku, para suster yang merawat aku dan Ibuku selalu bertanya apakah Ayahku atau suami Ibuku adalah orang atau keturunan Chinese?, karena memang aku ketika bayi sangat mirip dengan bayi Chinese, dan Ibu menjawab “iyah”, padahal kami tidak ada satu pun yang keturunan Chinese.  Ibu bercerita, bahwa dia menjawab “iyah” waktu itu, agar para suster tidak banyak bertanya lagi.

            Kulit putih yang aku miliki sekarang sebenarnya adalah warisan dari gen Ayahku yang berkulit putih, karena berasal dari keturunan ras orang dataran tinggi basemah, Sumatera Selatan.  Demikian dengan Ibuku juga memiliki kulit yang putih, sehingga aku dan adikku memiliki kulit yang putih.

Gambar 10.  Aku ketika berusia ± 6 tahun, bersama Kakek dan Nenekku (orang tua dari Ayahku) dan Adikku yang masih berusia ± 1 tahun, di Desa Jati Lama, Lahat, Sumsel.

Gambar 11.  Aku ketika berusia ± 6 tahun, bersama Yayi dan Nyaiku (orang tua dari Ibuku) serta Ayahkku dan Adikku yang masih berusia ± 1 tahun, di Pakjo, Palembang, Sumsel.

Gambar 12.  Dari kiri ke kanan: Nyaiku (Ibu dari Ibuku), Ardi (Adikku ketika berusia ± 1 tahun), aku ketika berusia ± 6 tahun dan Yandi (Adik sepupuhku ketika berusia ± 2 tahun), di Pakjo, Palembang, Sumsel.

            Pasca kelahiranku itu, Ibuku kemudian memberikan aku nama Adrian, ternyata Adrian itu memiliki arti tersendiri, bukan terinspirasi atau berasal dari bahasa Latin.  Kata Ibuku, ADRIAN berati Anak DaRI ANnafarida, sedangkan Annafarida adalah nama Ibuku.  Jadi, aku baru tau ternyata nama Adrian adalah sebuah singkatan yang sangat bermakna dan memiliki arti spesial bagi kedua orang tuaku, khususnya Ibuku.  Selanjutnya, untuk nama Fajriansyah, nama tersebut adalah pemberian dari Kakekku (Yayiku) yang berasal dari bahasa arab al-fajr yang berarti waktu fajar.  Kakekku memberikan nama itu karena kenyataannya memang aku dilahirkan di waktu fajar.

Gambar 13.  Aku ketika berusia ± 7 tahun bersama Ardi (Adikku ketika berusia ± 2 tahun) di Pakjo, Palembang, Sumsel.

Gambar 14.  Dari kiri ke kanan: Yandi (Adik sepupuhku ketika berusia ± 3 tahun), aku ketika berusia ± 7 tahun dan Ardi (Adikku ketika berusia ± 2 tahun) di Pakjo, Palembang, Sumsel.

            Selain dari peristiwa kelahiran mendadak itu, kelahiranku juga cukup “menggemparkan” seisi kompleks tempat keluargaku bermukim.  Aku tergolong bayi yang cukup cengeng, kalau menangis sangat keras hingga kanan-kiri tetangga tau dan mendengar tangisanku itu, kelahiranku cukup “menggemparkan” seisi kompleks ketika itu.  Tangisan itu adalah tanda pemberitahuanku kepada semesta alam, bahwa kini aku telah dilahirkan dan berada di dunia.  Tangisan itu adalah tanda visualku ketika bayi untuk memulai eksistensi keberadaanku di bumi.

Gambar 15.  Aku ketika berusia ± 8 tahun, bergaya di depan kamera sewaktu di rumah Yayiku (Ayah dari Ibuku), Pakjo, Palembang, Sumsel.

Gambar 16.  Dari kiri ke kanan: Mama Echa (Tanteku) sedang mengendong Kiki (Adik Yandi atau Adik sepupuhku, ketika berusia ± 1 tahun), Ardi (Adik kandungku ketika berusia ± 5 tahun), Yayiku (Kakekku, yang berdiri di belakang Ardi dan Yandi), Yandi (Adik sepupuhku atau Kakaknya Kiki, ketika berusia ± 6 tahun) dan aku ketika berusia ± 9 tahun, di rumah kedua Orang Tuaku, Perumnas Sako, Palembang, Sumsel.

            Perjalanan itu ternyata memberikan aku banyak jawaban, dari sekian banyak pertanyaan yang belum aku mengerti arti sebenarnya, khususnya makna dari namaku.  Dan sekarang aku tau, bahwa arti sebenarnya dari nama Adrian Fajriansyah adalah anak dari Annafarida yang lahir di waktu fajar, bukan raja yang lahir di waktu fajar yang selama ini aku artikan sendiri.  Namun begitu aku yakin, aku adalah seorang raja yang diharapkan oleh kedua orang tuaku, yang kelak dapat memimpin dengan baik, jujur dan adil, dimulai dari memimpin diri sendiri (mandiri), keluarga (imam di dalam keluarga), lingkungan, hingga bahkan dapat memimpi Negara dan Bangsaku sendiri.

Iklan

18 responses to “ARTI NAMA PENULIS

  1. sekarang masih tinggal di sako ?

  2. Detail dan sangat terperinci, ditambah foto jadulnya yang bikin ngiri. Salam kenal dari cikarang mas adrian…

  3. Thanks for stopping by and following my blog. The best to you!

  4. Salam kenal dan persahabatan dari Jakarta mas Adrian

  5. sangat detil dan bikin iri, foto2 waktu saya kecil udah nggak ada lagi .. slm dr Kerinci 🙂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s